Kepribadian Sukses
Maxwell Maltz yang dikenal dengan uraian-uraiannya mengenai Psycho-Cybernetics, mengemukakan tujuh ciri kepribadian sukses.
Ciri pertama: Sense of direction.
Orang yang sukses mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan memimpin dirinya sendiri. la tidak ditentukan oleh situasi lingkungannya. Di antara banyak karyawan yang suka mangkir kerja dan
terlambat masuk kantor, karyawan berkepribadian sukses selalu rajin dan datang lebih awal. Di antara manusia yang suka mengeluh, ia tak mengucapkan kalimat-kalimat keluhan walaupun banyak hal bisa dikeluhkannya. Ciri yang pertama ini sangat dekat dengan apa yang disebut oleh Stephen R. Covey dengan istilah proaktivitas. Orang yang proaktif tidak didikte oleh suara-suara mayoritas, sebab mereka mendasarkan sikap dan perilaku mereka atas rasa tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi Perjalanan ke dalam Diri mereka. Orang-orang yang suka mengkambinghitamkan situasi, lingkungan, dan orang lain di sekitarnya, jelaslah bukan tipe ini.
Ciri kedua: Understanding.
Orang sukses berkemampuan untuk memahami diri mereka, memahami orang lain, dan memahami pekerjaan mereka. Dan, mungkin ini jauh lebih penting, mereka mau belajar memahami segala sesuatu. Dalam bahasa Covey, orang-orang seperti ini memiliki kebiasaan "seek first to understand, then to be understood". Mereka tidak suka berkata "Anda harus memahami saya", tidak suka menuntut orang lain menyesuaikan diri dengan mereka, tetapi justru sebaliknya.
Ciri ketiga: Courage.
Keberanian bertindak merupakan hal yang melekat .dalam diri orang berkepribadian sukses. Apa pun risiko yang menghadang langkahnya, tak membuat mereka mundur. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa mereka berprinsip "lebih baik bertindak, walau kelak terbukti tindakan itu salah daripada takut bertindak dan karenanya tidak pernah melakukan sesuatu". Manusia yang hanya membeo dan tak pernah berani menyatakan pilihan sikap yang berbeda dengan orang lain, tidak masuk dalam kategori ini.
Ciri keempat: Charity.
Sifat kikir dan egosentris tidak membuat seseorang meraih sukses. Kemurahan hati, murah dalam memberikan pujian, suka menolong, bersedia membagi hak miliknya pada orang lain, adalah sifat-sifat yang menyertai kesuksesan seseorang.
Ciri kelima: Esteem (self-esteem).
Suka mengemis, meminta belas kasihan, dan mentalitas budak bertentangan dengan tabiat orang sukses di segala zaman. Orang sukses memiliki harga diri yang sehat.
Ciri keenam: Self-Acceptance.
Orang sukses menerima kelemahan-kelemahan mereka, sekaligus mengetahui bahwa dalam diri mereka terdapat kekuatan-kekuatan yang unik dan berbeda dengan manusia lain. Mereka enggan menyediakan banyak waktu untuk meratapi kelemahankelemahan mereka, tetapi berusaha keras mengembangkan potensi-potensi positif yang telah dikaruniakan Sang Ilahi kepadanya.
Ciri ketujuh: Self-Confidence.
Inferiority complex dan superiority complex tidak melahirkan orang sukses. Kepercayaan diri ini berkaitan erat dengan penerimaan diri sebab percaya diri merupakan akibat dari adanya self-acceptance dan self-respect. Sikap minder dan arogan adalah musuh besar kepribadian sukses.
Adalah menarik bahwa apa yang disebut oleh Maltz sebagai ciri-ciri kepribadian sukses tersebut
memiliki persamaan-persamaan yang mendasar dengan empat ciri orang-orang yang sehat secara psikologis.
Duane Schultz dalam bukunya Growth Psychology: Models of Healthy Personality mencoba
menguraikan titik-titik persamaan -yang dimiliki oleh orang-orang berkepribadian sehat—Schultz
mengkaji tujuh teori pribadi sehat berdasarkan konsep Gordon Allport, Carl Rogers, Erich Fromm, Abraham Maslow, Carl Jung, Viktor Frankl, Fritz Perls.
Pertama, orang-orang yang sehat secara psikologis mengontrol kehidupan mereka secara sadar.
Walaupun tidak selalu secara rasional, orangorang sehat mampu secara sadar mengatur tingkah laku dan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Mereka, karertanya, tidak suka menyalahkan lingkungan atau mengkambinghitamkan orang lain.
Kedua, orang-orang yang sehat secara psikologis mengetahui diri mereka apa dan siapa. Mereka
menyadari kekuatan dan kelemahan, kebaikan dan keburukan mereka, dan umumnya mereka sabar dan menerima hal-hal tersebut. Mereka tidak berkeinginan menjadi sesuatu yang bukan mereka. Meski mereka dapat memainkan peranan-peranan sosial untuk memenuhi tuntut- Perjalanan ke dalam Diri, tuntutan orang lain atau situasi (kecuali dalam pandangan Perls), namun mereka tidak mengacaubalaukan peranan-peranan ini dengan diri mereka yang sebenarnya.
Ketiga, mereka bersandar kuat pada masa kini. Meski para ahli teori itu percaya bahwa kita tidak kebal terhadap pengaruh-pengaruh masa lampau (khususnya pada masa kanak-kanak), namun tidak seorang pun mengatakan bahwa kita tetap dibentuk oleh pengalaman-pengalaman awal (sebelum usia 5 tahun). Pada sisi lain mereka memandang masa depan sebagai sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengganti masa kini dengan masa depan.
Dan keempat, orang yang sehat secara psikologis tidak merindukan ketenangan dan kestabilan, tetapi mendambakan tantangan dan kegembiraan dalam kehidupan, tujuan-tujuan baru dan pengalaman-
pengalaman baru.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah: benarkah orang yang sukses itu selalu sehat secara psikologis? Apakah orang yang secara psikologis sehat pasti orang yang sukses? Tulisan ini tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Bagaimana pendapat Anda?
(andrias harefa)
0 Response to "Kepribadian Sukses"
Post a Comment